Pages

Banner 468 x 60px

Terima Kasih Telah Mengunjungi www.senyum-sapa.co.cc Dan Jangan Lupa Kembali Lagi Yaa...

Selasa, 24 April 2012

The Raid: Film Action Indonesia yang Mendunia

0 komentar
Share on :

1333769951137378199
Film The Raid; Film Laga Indonesia yang Berbeda
Menonton film The Raid, rasanya, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang kaya dengan seni bela diri di berbagai tanah air tumbuh kembali. Seperti kita tahu, Indonesia mempunyai seni bela diri lokal yang sebenarnya tidak kalah canggih dengan seni bela diri lain, yaitu pencak silat.

Ini murni film laga (action), bahkan cenderung action yang keras. Perjuangan sang jagoan yang berdarah-darah hingga akhir cerita mengingatkan saya pada film-film Die Hard-nya Bruce Willis. Ah, bangga saya rasanya ada film tanah air yang diputar di Amerika Serikat dan Kanada. Memang, The Raid adalah film Indonesia pertama yang diputar di Amerika Serikat. Di sana, film ini diberi judul: “The Raid: Redemption” (Serbuan Maut)...........


Di tanah air sendiri, sambutannya juga cukup baik. Hingga sekarang, sejak diputar perdana hari Jum’at, 23 Maret 2012, konon jumlah penontonnya sudah mencapai 1 juta orang. Ini termasuk prestasi yang luar biasa.
Yang saya surprise, ceritanya dimulai saat sang jagoan, Rama (diperankan dengan sangat baik oleh Iko Uwais) sedang menunaikan shalat tahajjud sebelum esoknya akan bertugas sebagai tim pasukan elit (SWAT-nya Indonesia) untuk masuk ke apartemen yang dihuni oleh penjahat kelas kakap, sekaligus gembong narkoba yang sangat terkenal, Tama (Ray Sahetapi).

Bacaan shalatnya begitu fasih. Walaupun jika dirunut ke film “Merantau”, anak Minang ini seharusnya punya faham Muhammadiyah, tetapi bacaan shalatnya di film The Raid ini adalah bacaan mazhab Nahdlatul Ulama (NU). Tapi ngga apa-apa, kefasihan bacaannya sungguh menjadi pembuka yang kontras dengan film laga yang sangat keras ini.
Keseluruhan cerita dibangun pada penyerbuan apartemen tempat bos penjahat Tama berada. Apartemen ini adalah apartemen di mana Tama membangun markas tempat pembuatan narkoba, dan dia juga mengumpulkan para penjahat di apartemen tersebut.

Berkat kedekatannya dengan pihak keamanan, relatif steril dari pihak kepolisian. Dan dengan system keamanan yang canggih, dilengkapi CCTV di setiap lorong dan lantai, siapapun yang masuk ke dalamnya akan menghadapi perlawanan yang sangat berat. Beberapa tim sudah pernah mencoba mengambil alih dan menyerang tempat tersebut, tetapi selalu gagal.
Rama tergabung dengan sekitar 15 anggota tim elit yang bertugas menyerbu markas tersebut. Dan apa yang dialami oleh tim elit ini adalah sebuah neraka. Di setiap lantai yang mereka lewati, tidak ada satupun bisa dilewati dengan mudah. Belum lagi tambahan amunisi dari para penembak jitu di sebelah gedung, menyebabkan satu per satu anggota pasukan elit itu tewas secara mengenaskan.

Hingga akhirnya, sampai akhir cerita, tinggallah Rama dan satu orang temannya yang masih hidup. Rama bertempur mati-matian melawan para penjahat, berduel satu lawan satu, ataupun menghadapi keroyokan penjahat sadis yang rata-rata menggunakan golok dan parang panjang sebagai senjatanya.

Film action ini memang sangat keras. Tebasan pedang begitu dekat diperlihatkan menembus leher, perut, dan anggota tubuh lain. Begitu juga pisau tentara yang sangat tajam. Secara dekat diperlihatkan bagaimana kekuatan pisau tersebut mampu mengoyak berbagai anggota tubuh yang secara langsung menemui kematian.

Nah, tentu saja adegan laga yang menjadi sajian utama film ini dikemas secara baik. Seperti halnya Bruce Willis dalam Die Hard, Rama sebagai aktor utama juga tidak luput dari luka-luka mengerikan sepanjang tubuhnya. Dan dengan keahlian bela diri dari para pemainnya yang baik, film ini menyajikan trik bela diri yang seakan nyata, tanpa rekaan.

Itulah yang saya bilang bahwa potensi bela diri yang ada di tanah air sebenarnya luar biasa. Jika bisa dimanfaatkan secara kreatif, ditunjang dengan teknologi dan keterampilan sang sutradara Gareth Evans, menjadikan film laga ini enak ditontong, terutama bagi pecinta film-film action yang keras.

Memang, untuk Anda yang tidak terbiasa menonton film laga keras, The Raid terlihat sangat sadis. Apalagi, tema filmnya adalah penyerbuan ke sarang penjahat. Di situlah memang justru menjadi salah satu keunggulan film ini, termasuk berbagai pujian yang datang dari dunia internasional.

Saya selalu mengapresiasi karya-karya kreatif anak bangsa, apalagi jika berprestasi di dunia internasional. Buat Anda pecinta film laga, jangan sampai telat menonton film ini. Dijamin, laga di sini berbeda dengan laga-laga di film-film legenda seperti Tutur Tinular dan film-film sejenis. Adegan laga dikemas secara modern sehingga terlihat lebih realistis. Tidak heran, film ini menghadirkan laga tiada akhir, mulai dari awal film hingga akhir.

Satu hal lagi, Rama di film ini ternyata bertemu dengan sang kakak yang ternyata sudah “menyeberang” di kubu para penjahat. Dari kakak beradik ini, ada dialog penting yang rasanya bisa menjadi pelajaran buat kita: “Hidup adalah pilihan. Menjadi baik atau jahat, itu adalah pilihan kita masing-masing”….

Semoga Bermanfaat.......

Sumber:http://hiburan.kompasiana.com/

0 komentar:

Posting Komentar

Selamat Berkomentar... Komentar anda sangat berguna bagi kami..

Total Tayangan Halaman

Lencana Facebook

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Copyright ( c ) 2012 Senyum Sapa Designed By M.Wira Utama. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Senyum Sapa © 2011 Senyum Sapa. Supported by Senyum Sapa and M. Wira Utama